Aksi Untuk Indonesiaku: Peduli Lingkungan Dengan 3R

Hamparan sawah nan hijau, gambar diambil dari sini

Desaku yang kucinta, pujaan hatiku. Tempat ayah dan bunda, dan handai taulanku. Tak mudah kulupakan, tak mudah bercerai. Selalu kurindukan, desaku yang permai (Desaku yang kucinta, Oleh: L. Manik).

Jika mendengar lagu tersebut dinyanyikan maka yang berada dalam benakku adalah sebuah desa yang asri dengan hamparan sawah hijau membentang bak permadani berlatarbelakang gunung yang berdiri kokoh beserta suara aliran air sungai yang menambah kesejukkan desa. Dahulu kutemukan hal tersebut pada desaku yang berada di Bojonggede, Kabupaten Bogor. Desaku dulunya adalah sebuah desa yang asri, di kiri-kanan jalan utama terbentang sawah nan hijau dengan aliran sungai yang membelah jalan utama. Dahulu aku sering sekali mengikuti bapak tak kala hendak pergi berkebun di sawah. Aku bermain di sungai yang sangat jernih untuk menangkap ikan mas serta mencari siput yang dapat di makan nantinya. Aku juga sering memanjat pohon jambu dan pohon buni untuk mengambil buahnya. Sesekali kami berenang di Sungai Ciliwung, airnya begitu jernih hingga kami bisa melihat bebatuan kecil di dasar sungai. Itulah desaku sembilan belas tahun yang lalu. Kini semua berubah seiring dengan maraknya pembangunan, sawah yang dulunya hijau telah berubah menjadi rawa tak terurus dengan hamparan sampah di sana-sini. Jika dahulu begitu mudahnya aku menemukan burung pemakan padi beterbangan, kini tidak ada lagi, yang ada hanya bau busuk dari gundukan sampah dan sungai yang berubah menjadi menjadi tempat pembuangan sampah.

Sampah Ketika Menjadi Masalah

Keberadaan sampah walaupun jumlahnya hanya satu buah saja di lingkungan yang bersih pasti akan mengganggu pemandangan. Terlebih jika jumlahnya sangat banyak, tak hanya mengganggu pemandangan, sampah juga akan mengganggu kesehatan dan mencemari lingkungan. Sampah seringkali menjadi topik berita yang ditayangkan di televisi ataupun media lainya. Hal ini menandakan bahwa keberadaannya masih menjadi masalah yang tak ada habisnya. Sampah sering kita jumpai berserakan di jalan-jalan atau teronggok begitu saja di suatu tempat tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Hal tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat akan kebersihan lingkungan dan kurangnya pengetahuan tentang pengolahan sampah yang benar, serta tidak tersedianya tempat pembuangan sampah dimasing-masing rumah, sehingga beberapa masyarakat menjadikan tempat tertentu atau sungai sebagai tempat pembuangan sampah.

Seperti yang terjadi di daerah tempat tinggal ku kini. Laju pertumbuhan penduduk dan gencarnya pembangunan menyebabkan lahan semakin berkurang sementara penduduk kian bertambah. Di daerah perkampungan, belum ada tempat khusus pada masing-masing rumah yang diperuntukan sebagai tempat pembuangan sampah pribadi, sehingga masyarakat cenderung membuang sampah di lahan terbuka atau bahkan ke sungai sebagai jalan pintas. Tak jarang pula pembuangan sampah tersebut menyebabkan konflik karena si pemilik lahan tentu tidak ingin lahannya dijadikan tempat pembuangan sampah, sementara masyarakat sendiri tidak tahu harus membuang dimana.

Salah satu lokasi tempat pembuangan sampah sembarangan di desaku

Di Bojonggede sendiri telah dilakukan kegiatan sosialisasi untuk menanggulangi masalah sampah ini mengingat tingkat kesadaran, kepedulian serta pengetahuan masyarakat di sini masih tergolong rendah. Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup (PPEJ-KLH) dan Pemerintah Kabupaten Bogor menggelar kegiatan Sosialisasi Program Pengembangan Infrastruktur Hijau dan memfasilitasi sarana dan prasarana Bank Sampah yang terintregrasi dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di 53 lokasi karena pemahaman terhadap pengelolaan sampah berbasis masyarakat dirasakan masih perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas dan perlu diterapkan disetiap permukiman warga. Apabila hanya mengandalkan pemerintah saja tentu tidak akan maksimal, mengingat sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki terbatas jumlahnya. Pihak Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor hanya memiliki 60 SDM yang berfungsi melakukan pengawasan dan pengendalian lingkungan sekabupaten Bogor. Partisipasi aktif warga pada satuan tugas lingkungan hidup (satgas-LH) sangat membantu dalam mengawasi dan mengendalikan lingkungan di sekitar permukiman warga. Satgas LH di Kabupaten Bogor tersebar di 10 kecamatan meliputi Cibinong, Citeureup, Gunung Putri, Cileungsi, Klapanunggal, Bojonggede, Ciseeng, Parung Panjang, Rumpin, dan Nanggung [1].

Tak hanya di Bogor saja, masalah sampah di daerah lain terutama di kota-kota besar kini menjadi semakin rumit. Diperkirakan jumlah sampah padat di kota-kota dunia akan terus naik sebesar 70% mulai tahun ini hingga tahun 2025, dari 1,3 miliar ton per tahun menjadi 2,2 miliar ton per tahun. Mayoritas kenaikan terjadi di kota-kota di negara berkembang. Di Indonesia, data Bank Dunia menyebutkan, jumlah sampah padat yang diproduksi secara nasional mencapai 151.921 ton per hari. Hal itu berarti, setiap penduduk Indonesia rata-rata membuang sampah padat sebesar 0,85 kg setiap hari. Data Bank Dunia juga menyebutkan, dari total sampah yang dihasilkan secara nasional, hanya 80% yang berhasil dikumpulkan. Sisanya terbuang mencemari lingkungan. Khusus di DKI Jakarta, menurut laporan yang sama, jumlah sampah yang dihasilkan di Ibu Kota mencapai 7.896 ton per hari. Setiap penduduk Jakarta rata-rata membuang sampah padat sebesar 0,88 kg per hari. Dari jumlah tersebut, hanya 83% sampah yang berhasil dikumpulkan, sisanya terbuang mencemari lingkungan. Biaya tahunan untuk mengelola sampah juga diperkirakan akan naik dari US$205 miliar per tahun menjadi US$375 miliar per tahun, dengan kenaikan terbesar terjadi di negara berpendapatan rendah [2].

Selain menimbulkan masalah lingkungan ternyata sampah sendiri cukup membebani negara dengan biaya pengelolaan yang sangat besar seperti yang telah dijelaskan di atas. Lain lagi dengan masalah sosial yang ditimbulkan sampah, semakin banyak jumlah sampah yang meningkat seiring dengan meningkatnya laju penduduk memaksa pemerintah untuk membuka Tempat Pembuangan Akhir (TPA) baru lantaran TPA yang lama sudah tidak mencukupi lagi. Penolakan-penolakan sering terjadi pada masyarakat karena tidak menginginkan daerah mereka dijadikan TPA lantaran dapat mencemari lingkungan di sekitar mereka. Lalu bagaimana solusinya? Kita sebagai masyarakat tentu harus peduli dengan masalah ini dengan tidak membuang sampah sembarangan dan mengurangi produksi sampah terutama sampah anorganik yang sulit terurai oleh mikroorganisme.

Salah satu demo masyarakat menolak pembangunan TPA di Bojong, Kabupaten Bogor, gambar diambil dari sini

Bahaya yang Ditimbulkan Sampah

Sampah yang berada di sekitar kita dapat dikelompokkan menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik adalah sampah yang dapat mengalami pelapukan atau dekomposisi dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil serta tidak berbau (kompos). Sampah organik terdiri dari organik basah yang mempunyai kandungan air cukup tinggi seperti kulit buah dan sisa sayuran, dan organik kering yang memiliki kandungan air kecil seperti kertas, kayu, ranting pohon, dan dedaunan kering [3]. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang sulit terurai secara biologis sehingga penghancurannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Contohnya adalah botol kaca, botol plastik, tas plastik, kaleng, dan sebagainya.

Jika diperhatikan pada gundukan sampah dan yang terdapat dialiran sungai yang ada di daerahku, maka sampah yang mendominasi adalah sampah plastik berupa kantong plastik. Kebanyakan sampah tersebut merupakan sampah buangan rumah tangga. Sayangnya kantong plastik tersebut merupakan kantong plastik nonbiodegradable yang sulit terurai oleh mikroorganisme seperti bakteri apalagi jika dibiarkan begitu saja. Meskipun kini sudah banyak tempat perbelanjaan seperti minimarket dan supermarket yang telah menggunakan kantong plastik biodegradable namun jumlahnya masih sedikit jika dibandingkan dengan penggunaan kantong plastik nonbiodegradable. Contohnya banyak ditemukan di pasar-pasar tradisional yang banyak menggunakan kantong plastik nonbiodegradable. Jika seorang ibu berbelanja ke pasar dengan menggunakan kantong plastik mencapai lima buah sehari, maka bisa dibayangkan berapa jumlah kantong plastik yang dipakai oleh ibu-ibu lainnya dalam sehari itu juga untuk aktifitas yang sama?.

Tumpukan sampah yang didominasi sampah kantong plastik disalah satu sudut sawah

Jumlah sampah kantong plastik yang cukup banyak ini tidak bisa kita pandang sebelah mata saja karena menimbulkan beberapa bahaya baik bagi diri sendiri maupun lingkungan. Bahaya sampah kantong plastik antara lain [4] :  

1. Plastik sangat sulit hancur secara alami dan juga sulit didaur ulang. Setiap sampah plastik yang dibuang, baru akan hancur dalam waktu 200-400 tahun

2. Walaupun murah bahkan sering diberikan gratis, plastik dibuat dengan menggunakan minyak bumi. Sumber energi yang mulai langka dan sangat dibutuhkan manusia. Di Inggris saja, diperlukan 2 milyar barel minyak untuk industri kantong plastik. Pada akhirnya minyak yang terpakai terbuang sia-sia karena kantong-kantong plastik itu hanya dipakai sekali-dua kali lalu menggunung di tempat penampungan sampah, mencemari lingkungan.

3. Sampah plastik sangat berbahaya untuk beberapa jenis hewan. Di Australia tercatat lebih dari 100.000 hewan yang terdiri dari burung, ikan paus, anjing laut dan kura-kura, mati per tahunnya gara-gara menelan atau terbelit sampah plastik. Parahnya lagi, setelah badan hewan yang mati telah terurai, sampah plastiknya akan terbebas lagi ke alam.

4. Membakar sampah plastik menyebabkan zat-zat beracun dari sampah terlepas ke udara yang kita hirup. Polusi udara seperti ini punya dampak serius karena melemahkan kekebalan tubuh dan memicu kanker.

5. Plastik tersusun dari polimer. Dalam proses pembuatannya, ikut dimasukkan sejenis bahan pelembut (plasticizers) agar plastik bertekstur licin, lentur dan gampang dibentuk. Jika plastik dipakai untuk membungkus makanan, plasticizers dapat mengkontaminasi makanan. Apalagi kalau makanan yang dibungkus masih panas,  plasticizers dan monomer-monomernya makin cepat keluar dan pindah ke makanan lalu masuk dalam tubuh.

6. Kantong plastik yang biasa kita pakai sehari-hari ternyata mengandung zat karsinogen berbahaya karena berasal dari proses daur ulang yang diragukan kebersihannya. Zat pewarnanya juga bisa meresap ke dalam makanan yang dibungkusnya dan menjadi racun.

Dalam skala rumah tangga sampah kantong plastik ini sering dimusnahkan melalui dua cara yaitu membakar atau menimbunnya di dalam tanah. Seperti yang telah dijelaskan di atas apabila kita membakar sampah plastik berikut sampah lainnya maka akan terurai menjadi unsur-unsur seperti CO, CO2, H2O, dan polutan lain yang terbawa asap hasil pembakaran. Cara ini menimbulkan resiko pada pencemaran lingkungan terutama udara [5]. Sedangkan penanganan sampah plastik dengan cara menimbunannya kedalam tanah bersamaan dengan sampah padat lainnya ke dalam tanah juga tidak boleh dilakukan sembarangan agar tidak menimbulkan permasalahan baru bagi lingkungan. Cara ini tentu juga bermasalah bagi kesehatan tanah karena sampah yang telah ditimbun tersebut tidak langsung terurai mengingat sampah plastik memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengurainya.

Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang diiringi dengan semakin meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan pula maka akan menimbulkan tantangan dimasa yang akan datang dalam pengelolaan sampah ini. Beberapa tantangan yang harus dihadapi dimasa yang akan datang adalah [6]:

  1. Peningkatan jumlah sampah di perkotaan yang sangat cepat/eksponensial seiring dengan cepatnya pertambahan jumlah penduduk serta disebabkan oleh pola konsumsi dan produksi yang tidak berkelanjutan.
  2. Publik, yaitu masyarakat, dunia usaha dan juga pemerintah yang relative masih rendah tingkat kesadaran dan pengetahuannya dalam mengelola sampah.
  3. Permasalahan tempat pengolahan atau pembuangan sampah yang selain terbatas juga menimbulkan kerawanan sosial serta berdampak terhadap nilai dan fungsi lingkungan hidup.
  4. Pendekatan pengelolaan yang cenderung masih mengedepankan end of pipe (kumpul-angkut-buang)

Begitu bahayanya sampah anorganik terutama sampah kantong plastik ini maka langkah pemusnahan dan pengolahan tidak cukup untuk dilakukan mengingat jumlahnya yang cukup banyak. Tindakan yang perlu kita lakukan dalam menghadapi masalah sampah ini adalah dengan melakukan tindakan preventif yaitu mengurangi konsumsi sampah anorganik terutama sampah kantong plastik.

Sampah di pinggiran Sungai di Bojonggede, sampah didominasi oleh sampah kantong plastik, sterofoam, sampah padat dan lainnya

Aksi Untuk Indonesiaku: Kelola Sampah dengan 3R

Dahulu ketika menjadi mahasiswa, aku memiliki teman yang sangat peduli sekali dengan kebersihan lingkungan. Saat kami makan bersama, makanan yang ku makan tidak habis, dan dia dengan rela menghabiskan makanan yang tidak habis ku makan itu dengan alasan agar tidak menjadi sampah dan tidak mubajir. Bila dia menemukan sampah yang tergeletak di jalan maka akan dipungutnya dan dibuang ke tempat sampah. Kebiasaanya itu telah memberikan inspirasi agar aku melakukan hal yang sama. Aku sering membawa sampah hingga pulang ke rumah lantaran tidak menemukan tempat sampah sepanjang perjalanan.  Aku juga pernah membawa sampah hingga ke kantor tempat ku bekerja karena bak tempat pembuangan sampah di daerah ku tinggal waktu itu tidak ada. Bagi ku sampah tidak bisa dibiarkan begitu saja karena akan mengganggu keindahan dan kebersihan lingkungan.

Peran serta kita sebagai masyarakat sangat dibutuhkan dalam menanggulangi masalah sampah ini, kita tidak dapat mengandalkan pemerintah saja untuk mengelola sampah yang kian hari semakin banyak jumlahnya. Terlebih sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Setiap rumah tangga sebagai penghasil sampah kini tidak bisa lagi mengabaikan urusan sampah dan pengelolaan sampah tidak dapat diselesaikan hanya oleh pemerintah dengan kumpul-angkut-buang ke TPA saja, tetapi harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat dan aman bagi lingkungan serta dapat mengubah perilaku masyarakat [6]. Kita perlu mencontoh masyarakat di negara maju, mereka sangat sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh sampah, khususnya sampah plastik, sehingga penggunaan sampah plastik dapat diminimalisir di negara tersebut. Sudah saatnya kita peduli dengan lingkungan demi masa depan generasi penerus bangsa.

Kelola sampah dengan 3R, gambar diambil dari sini

Untuk memulainya lakukanlah pengelolaan sampah dari lingkungan sekitar kita. Edukasi keluarga dan tetangga bagaimana cara mengelola sampah yang baik agar tidak terjadi timbunan sampah yang dapat mengganggu lingkungan. Untuk hal ini aku pribadi telah mengajak keluarga bagaimana memanage sampah rumah tangga yang baik sesuai dengan Program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang dicanangkan oleh pemerintah. Diharapkan apa yang kami lakukan ini dapat meminimalisir jumlah sampah buangan rumah tangga. Definisi dari 3R adalah :

  1. Reduce adalah semua kegiatan untuk mengurangi produksi sampah dari setiap kegiatan kita sehari-hari
  2. Reuse adalah memanfaatkan ulang barang bekas yang telah dipakai tanpa pengolahan lagi yang nantinya akan digunakan kembali baik untuk tujuan yang sama atau berbeda dari sebelumnya
  3. Recycle adalah memanfaatkan barang bekas dengan cara mendaur ulang barang tersebut untuk digunakan lebih lanjut.

Dalam melaksanakan 3R di lingkungan kami tidak terlalu sulit karena sebenarnya keluarga dan beberapa tetangga sudah mengerti akan permasalahan sampah, hanya perlu melakukan pengolahan dan management penangan sampah yang baik guna meminimalisir tumpukan sampah.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang telah dan sedang kami lakukan dalam mengelola sampah rumah tangga:

1. Sediakan dua buah tempat sampah untuk memisahkan sampah organik dengan sampah anorganik. Beri label pada masing-masing tempat agar tidak tertukar saat membuang sampah

Tempat sampah organik dan anorganik, gambar diambil dari sini

2. Pisahkan sampah organik dan anorganik sesuai dengan tempatnya.

3. Kelola sampah organik dengan cara menimbunnya di dalam tanah. Hal tersebut dapat dilakukan karena sampah organik dapat terurai dengan bantuan miroorganisme seperti bakteri. Sebagai contoh adalah bakteri saprofit yang mampu menguraikan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme serta senyawa organik lainnya. Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat, dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana [7]

Sampah organik, terdiri dari dedaunan, sisa sayuran, plastik biodegradable, setelah dipisahkan dapat ditimbun dalam tanah

4. Untuk sampah anorganik kita pisahkan dahulu sesuai dengan prinsip 3R tadi. Pisahkan mana yang dapat di lakukan recycle, reuse dan harus dimusnahkan. Sebagai contoh sampah anorganik di lingkungan rumah ku adalah botol plastik kemasan minuman, kertas koran, kardus bekas, kantong plastik, kaleng cat dan sebagainya. Pisahkan beberapa jenis sampah anorganik tersebut. Sampah anorganik yang dapat direcycle adalah beberapa botol plastik kemasan minuman yang biasanya berwarna transparan. Biasanya hasil kumpulan botol plastik ini aku berikan kepada tetangga yang memang mengumpulkan barang-barang bekas untuk disetorkan ke tempat pengumpul barang bekas. Sedangkan sampah kardus dan koran merupakan sampah organik kering, aku menumpuknya di rumah karena nanti ada orang yang biasa membeli hasil kumpulan kardus dan koran tersebut yang datang sendiri ke rumah. Sampah anorganik yang dapat direuse adalah kaleng cat, kaleng ini dapat digunakan sebagai wadah tanaman, selain karena lahan sudah terbatas menggunakan kaleng cat dapat membantu proses penghijauan dan mengurangi sampah. Sedangkan sampah anorganik yang tidak dapat direuse dan recycle adalah kantong plastik, sampah ini perlu penangan lebih lanjut untuk menekan jumlahnya yang semakin banyak.

Contoh sampah anorganik setelah dipilah terdiri dari kantong plastik dan plastik kemasan minuman

5. Pengelolaan sampah anorganik seperti sampah kantong plastik memang cukup rumit karena baik membakar atau menimbunnya sama-sama mencemari lingkungan. Untuk skala rumah tangga bila memiliki sampah anorganik terutama sampah kantong plastik maka sebaiknya dibuatkan lubang khusus untuk sampah anorganik ini. Aku membuat lubang khusus yang jauh dari tanaman agar tidak terjadi pencemaran tanah di sekitar tempat tinggal tanaman. Sampah anorganik ini terlebih dahulu aku bakar agar tidak bulky, selanjutnya apabila sudah padam dan tidak panas maka akan ditimbun dengan tanah. Begitu seterusnya jika ada sampah anorganik baru maka lubang itu saja yang akan dipakai sebagai tempat pembuangan agar tidak mencemari tanah yang lainnya.

Lubang pengolahan sampah anorganik

6. Prinsip reduce diimplementasikan dengan meminimalisir penggunaan kantong plastik, apabila hendak pergi ke pasar atau berbelanja sebaiknya membawa wadah sendiri. Misalnya kita hendak membeli sayuran dan lauk seperti tempe, ikan dan sebagainya ada baiknya menggunakan wadah plastik yang dapat didaur ulang atau bila terpaksa menggunakan plastik gunakan satu saja yang paling besar, selain itu kita bisa menggunakan kertas koran sebagai wadah penutup yang diikat dengan karet atau tali. Sebaiknya bila hendak ke pasar kita mempunyai tas keranjang khusus yang biasa dibawa oleh ibu-ibu. Orangtuaku sudah mulai mempraktekan hal ini, sebelum pergi ke pasar, ibu sudah terlebih dahulu membawa plastik berukuran besar untuk membawa barang yang akan dibeli.

7. Prinsip reduce juga dapat kita lakukan dengan mengumpulkan kantong plastik biodegradable setelah selesai belanja di minimarket atau supermarket, kantong plastik itu dapat digunakan sebagai wadah untuk sampah organik karena sama-sama akan terdekomposisi.

Contoh kantong plastik biodegradable

8. Prinsip reuse diimplementasikan dengan menggunakan beberapa sampah anorganik yang dapat digunakan untuk fungsi yang lainnya, seperti penggunaan kaleng cat yang sudah tidak digunakan untuk wadah pot tanaman.

Penggunaan kaleng cat untuk wadah tanaman sebagai prinsip reuse

8. Sedangkan prinsip recycle dilakukan melalui penggunaan benda-benda dengan kemasan yang dapat didaurulang dan mengumpulkan bekasnya untuk diserahkan pada bank sampah atau pengumpul barang bekas. Contohnya menggunakan botol minuman yang dapat didaurulang, tetapi ada baiknya jika kita menggunakan wadah sendiri untuk membawa minuman yang dapat digunakan berkali-kali. Dengan melakukan tindakan ini kita dapat meminimalisir jumlah sampah anorganik kedepannya.

Contoh wadah minuman yang dapat digunakan berkali-kali lengkap dengan kampanye 3R nya dalam mengurangi sampah plastik

Selain mengurangi jumlah sampah yang kian hari kian menumpuk, kegiatan mengumpulkan sampah yang dapat didaurulang juga dapat menghasilkan uang. Program ini dinamakan From Trash to Cash melalui bank sampah yang dicanangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Kota Bogor merupakan salah satu dari lima kota yang diharuskan membangun bank sampah tersebut. Empat kota lainnya adalah Batam, Surabaya, Palembang, dan Bandar lampung. Setiap warga yang menabung sampah akan dicatat dalam buku tabungan, jadi konsepnya sama seperti menabung uang di bank konvensional. Program ini mulai diluncurkan setahun yang lalu dengan harapan keberadaan bank sampah dapat meminimalisir timbunan sampah antara 6-26% yang dibuang ke TPS (tempat penampungan sampah sementara) dan TPA serta juga akan menambah pendapatan ekonomi masyarakat [8]. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sampah plastik kemasan minuman yang telah dipilah hasilnya akan aku berikan kepada tetangga yang biasa mengumpulkan jenis sampah anorganik tersebut. Sementara untuk jenis sampah lainnya yaitu sampah organik kering seperti kardus, kertas koran atau buku yang tidak terpakai aku simpan di rumah yang nantinya akan dibeli oleh orang yang biasa mencari barang-barang yang dapat didaurulang. Barang tersebut nantinya akan dia setorkan di tempat pengumpulan barang bekas di sekitar Bojonggede, mengingat bank sampah letaknya agak jauh dari tempat kami. Untuk sampah plastik kemasan minuman biasanya dihargai Rp. 5000,00,- per karung, sedangkan kardus bekas dihargai Rp. 3000,00,- per Kg. Lain lagi untuk kertas bekas seperti koran dan buku bekas, harganya lebih murah yaitu Rp. 2000,- per Kg. Semua harga jual sampah anorganik tersebut memang cukup murah karena baik keluargaku dan tetanggaku tidak mematok harga tertentu untuk orang yang membelinya, harganya disesuaikan dengan kemampuan yang membeli. Mungkin harganya bisa lebih tinggi bila disetorkan ke bank sampah. Bagiku hal tersebut tak menjadi masalah, karena yang terpenting adalah bagaimana mengurangi jumlah sampah yang ada terutama sampah kantong plastik.

Simbol recycle pada salah satu botol minuman

Selain sampah kantong plastik masih ada jenis sampah anorganik lain yang merupakan produk sekali pakai seperti sampah disposable diaper untuk bayi, sampah pembalut wanita, dan lain sebagainya. Kini dengan semakin majunya perkembangan teknologi dan kesadaran beberapa masyarakat untuk Go Green maka sudah ada barang subtitusi untuk produk serupa yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan banyak sampah karena bukan merupakan produk sekali pakai. Ada baiknya jika kita mulai berganti pandangan untuk mulai memakai produk yang ramah lingkungan daripada menggunakan produk sekali pakai yang dapat membuat sampah kian menumpuk.

Mulailah dari yang kecil, dari diri sendiri dan dari sekarang juga, mari kita kelola sampah dengan baik dan minimalisir penggunaan sampah anorganik terutama sampah kantong plastik! Save our environtment!

Kalau Lingkungan Bersih Tanpa Sampah Pasti Sehat dan Enak Dipandang Bukan? gambar diambil dari sini

Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Nge-blog Lintas.Me (http://www.lintas.me) Aksi untuk Indonesiaku Periode 25 Oktober-25 November 2012.

Yuk ikutan Kompetisi Ngeblog Lintas.Me, Tunjukan Kepedulian Mu Untuk Indonesia, Klik disini untuk ikutan kompetisinya! dan Jangan lupa berkunjung ke http://www.lintas.me ya! Semangat!

Referensi:

[1] Pemerintah Kabupaten Bogor. 2012. Warga Bogor Diminta Kelola Sampah 3R. Edisi Jumat 9 November 2012. http://www.bogorkab.go.id/2012/11/09/warga-bogor-diminta-kelola-sampah-3r/

[2] Redaksi Hijauku. 2012. Sampah Padat di Kota-Kota Dunia Naik 70%. Edisi 7 Juni 2012. http://www.hijauku.com/2012/06/07/sampah-padat-di-kota-kota-dunia-naik-70/

[3] Anwar. 2012. Sampah Organik dan Anorganik. Edisi Kamis 17 Mei 2012. http://www.buletinbelantara.com/2012/05/sampah-organik-dan-anorganik.html

[4] Grisampuria. 2012. PKMGT-2012. http://grisampuria-fkp10.web.unair.ac.id/artikel_detail-42188-Umum-pkmgt2012.html

[5] Yusman, M. 2012. Pengelolaan Limbah Plastik di Indonesia: Tantangan, Peluang dan Strategi. http://vessel-komposter.blogspot.com/2012/08/pengelolaan-limbah-plastik-di-indonesia.html

[6] Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2012. Bank Sampah: Dari Sampah Jadi Rupiah/”From Trash To Cash”. http://www.menlh.go.id/from-trash-to-cash-dari-sampah-jadi-rupiah/

[7] Wikipedia. 2012. Bakteri. http://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri

[8] Pemerintah Kota Bogor. 2011. Bank Sampah Akan Dibangun di Kertamaya Bogor Selatan. http://www.kotabogor.go.id/component/content/article/1-berita-terbaru/8194-bank-sampah-akan-dibangun-di-kertamaya-bogor-selatan

7 thoughts on “Aksi Untuk Indonesiaku: Peduli Lingkungan Dengan 3R

  1. Memulai dari hal yang kecil seperti ini: “Aku sering membawa sampah hingga pulang ke rumah lantaran tidak menemukan tempat sampah sepanjang perjalanan.” walau kelihatan sepele, tapi nggak semua individu punya kesadaran yang sepele ini. Aku paling sering bawa bungkus permen kalau nggak ada tempat sampah. Alangkah indahnya dunia jika setiap individu mempunyai kesadaran dan kepedulian yang sama untuk saling menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Save our earth.

  2. trims yak. tapi sy jg masih aga susah meminimalisirnya. ky kemaren ke pasar. padahal udah menolak ga mau plastik krn bawa wadah sendiri tapi tetap diberi sm pedagang

Leave a reply to Cara Membuat Blog Wordpress Cancel reply