Masa Kecil Anak Desa yang Berbahagia

masa-kecil
Hayo tebak saya yang mana?

Apabila ditanya bagaimana masa kecilnya, alhamdulillah saya akan menjawab sangat bahagia. Masa kecil saya diisi dengan kegiatan masa anak-anak yang sangat memberikan efek sekali dengan diri saya saat ini. Sewaktu kecil, saya masih merasakan mandi di beningnya Sungai Ciliwung, menjelajahi sungai hingga ke kampung tetangga, mengumpulkan siput untuk dibuat kaldu, menangkap ikan mas di selokan sawah, berlari-larian hingga hujan-hujanan. Alhamdulillah semua saya rasakan.

Dulu, saya sering mengeluh kepada orang tua mengapa membeli rumah nan jauh dari jalan raya. Bayangkan, jika saya mau pergi sekolah, saya harus melintasi jalan becek sejauh 1 km. Saya sampai harus melepas sepatu dan ‘nyeker’ agar sepatu tetap bersih ketika sampai di sekolah. Saya pernah lho sangat iri kepada teman-teman yang tinggal di perumahan yang memiliki alamat lengkap seperti jalan, nomor dan blok. Sedangkan saya, orang akan kebingungan mencari alamat karena terletak jauh di pedalaman hutan bambu.

Tetapi setelah saya beranjak dewasa, saya bersyukur dan ingin kembali ke masa itu masa ketika lingkungan di sekitar rumah masih hijau. Masa ketika jalanan kampung belum di aspal sehingga tidak ada hilir mudik kendaraan yang lewat. Sekarang, kendaraan sering bolak-balik di depan rumah melepaskan gas karbondioksida. Padatnya perumahan membuat orang-orang mulai bingung kemana harus membuang sampah hingga maraknya kejadian pencurian. Dulu, kampung saya lebih tenang sekali, damai antar tetangga asri dan sejuk.

Itulah kenangan indah yang tidak saya lupakan hingga saat ini. Saya masih ingin menikmati masa ketika harus menenteng sepatu lantaran harus melewati jalan sawah yang becek. Saya merindukan ikan mas yang bebas berkeliaran di selokan sawah serta nikmatnya siput sawah yang dibuat kaldu kuning. Dulu saya sedih apabila disebut sebagai anak kampung, tetapi sekarang saya malah bangga disebut sebagai anak kampung.

Nasib sudah menjadi bubur, dari semua hal yang dialami, saya diingatkan lagi untuk selalu bersyukur terhadap keadaan apapun yang kita miliki. Bisa jadi apa yang kita anggap buruk malah lebih baik di mata Allah swt. Andai waktu bisa diputar kembali, saya tidak ingin mengeluh dan membuat orang tua pusing melihat keluhan yang saya lontarkan setiap hari hanya karena jalanan becek.

Kini saya mengerti mengapa orang tua ingin membangun rumah jauh di pedalaman yang rindang dengan hutan bambu. Karena mereka ingin anaknya merasakan tempat tinggal dengan kedamaian alam yang mungkin sulit ditemukan generasi saat ini. Terimakasih Bapak Mamah, dan maafkan anak mu ini.

11 thoughts on “Masa Kecil Anak Desa yang Berbahagia

  1. Ah iya setuju, itu masa kecil yang menyenangkan. Dulu waktu kecil aku sih tinggal di perumahan, tapi letaknya ada di atas bukit dan banyak perkampungan dengan ladang dan hutan di sekitar rumah di Semarang. Jadi mainan kita kurang lebih sama, cuma di Semarang ikan emas itu jarang ada di selokan, adanya semacam ikan gabus gitu. O iya, siang-siang ngadem dan mandi-mandi di mata air itu menyenangkan. Sekarang sejak tinggal di Bogor yang macetnyaaaa dimana-mana, kadang suka kangen ke masa-masa kecil itu 😀

      1. Iya kak, aku kemarin keder dari Damri kok busnya tiba2 muterin KRB dan Istana trus satu jalur. Maklum kalau lagi di laut suka gak update hahaha

Leave a reply to evrinasp Cancel reply